Salah satu Departemen di JPP adalah Depart.PPIC (Production Planning Inventory Control). Meskipun saya belum sempat "berkenalan" dengan crew di PPIC namun tidak ada salahnya deh kalau saya mengangkat sebuah topik mengenai istilah-istilah PPIC yang saya sadur dari bloger sebelah (deddylondong.blogspot.co.id).
Istilah-istilah tersebut antara lain :
Proses Produksi : Metode dan Teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk
Perencanaan Produksi
: Tindakan antisipasi dimasa mendatang sesuai dengan periode waktu yang
direncanakan. Aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan produksi
yaitu ; Berjangka waktu, berjenjang, terpadu, berkelanjutan, terukur,
realistis, akurat, dan menantang.
Pengendalian produksi : Tindakan
yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan
telah dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan
Continous Process : Proses produksi secara terus menerus untuk jenis produk yang sama dan tidak memerlukan waktu set up yang lama. Contoh, industri pengolahan air minum dalam kemasan
Intermittent Process : Proses
yang terputus, karena memproduksi produk-produk yang memiliki
spesifikasi yang berbeda-beda, sehingga memerlukan waktu set up yang
relatif lama.
Repetitif Process : Kombinasi
antara proses continue dan terputus, dalam operasinya menggunakan
modul-modul. Modul yaitu komponen-komponen yang telah dipersiapkan
sebelumnya, biasanya dihasilkan dari proses continue.
Product Layout : Lay out mesin
produksi berdasarkan produk, masing-masing unit output membutuhkan
urutan operasi yang sama dari awal hingga akhir. Contoh, Line perakitan
mobil
Process layout : Lay out mesin produksi dimana pengelompokan mesin-mesin bedasarkan fungsinya. Contoh, Industri spare part mobil
MTO : Make To Order
ETO : Engineering To Order
ATO : Assembly To Order
MTS : Make To Stock
Special Purpose Machine : Mesin yang bersifat khusus, hanya bisa untuk memproduksi satu item produk
General Purpose Machine : Mesin yang bisa memproduksi beberap jenis spesifiaksi Produk
Flow Shop : Proses konversi
dimana unit-unit output secara berturut-turut melalui urutan operasi
yang sama pada mesin-mesin khusus, dan ditempatkan disepanjang lintasan
produksi. Bentuk proses produksi flowshop biasanya bersifat MTS
Job Shop : Proses konversi
dimana unit-unit mengerjakan spesifikasi item yang berbeda mengikuti
urutan yang berbeda pula melalui stasiun kerja yang dikelompokan
berdasar fungsinya. Ciri-ciri sistem produksi ini yaitu ; Volume
produksi sedikit, variasi produk tinggi, lead time produksi relatif
panjang, dan tidak ada lintasan khusus. Proses produksi biasanya
bersifat MTO.
Batch : Merupakan perkembangan
dari bentuk Job Shop dalam hal standarisasi produk. Sistem Batch
memiliki kemampuan memproduksi produk dengan variasi item relatif
tinggi, lead time pendek, dan satu lintasan dapat digunakan untuk
beberapa jenis item produk.
Proyek : Proses penciptaan satu
jenis produk yang agak rumit dengan suatu pendefinisian urutan
tugas-tugas yang teratur akan kebutuhan sumber daya dan dibatasi oleh
waktu penyelesaian.
WIP ( Work In Process ) : yaitu
produk setengah jadi yang terkontrol atau tidak tercontrol, yang
timbul sebagai akibat adanya ketidak seimbangan capasitas
Delivery : Kemampuan perusahaan dalam memenuhi pesanan berdasarkan waktu pengiriman yang di sepakati dengan customer
Delivery ratio : Ratio/perbandingan antara order yang On shedule dengan Total order yang masuk dalam periode waktu tertentu.
Lead Time : Waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi dari awal hingga akhir dalam batas capasitas tertentu
Capasitas Produksi : Total Output produk yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu.
Cycle Time : Waktu yang diperlukan oleh mesin untuk memproduksi satu unit produk.
Push System ( Tekan ) : Job-job
yang diproduksi dibebankan secara berturut – turut mulai dari stasiun
produksi awal, kemudian dprsoes terus ( ditekan kedepan ) menuju stasiun
produksi berikutnya, hingga stasiun produksi akhir. Sistem produksi
tradisional dianggap sebagai jenis sistem Push.
Pull System ( Tarik ) : Produk
akan diproduksi pada stasiun-stasiun kerja hanya pada saat dibutuhkan
untuk memenuhi permintaan dari stasiun berikutnya.
MPS ( Master Planning Schedule )
: yaitu Jadwak Induk Produksi yang menunjukkan kebutuhan produksi
mingguan selama periode waktu antara 6 sampai 12 bulan. MPS merupakan
jadwal yang berisi informasi tentang “kapan” produksi dimulai dan harus
selesai.
ETD ( Estimate Time to Departure) : Perkiraan waktu berangkat
ETA ( Estimate Time to Arrival ) : Perkiraan waktu kedatangan
MRP ( Material Requirement Planning )
: Digunakan untuk perencanaan dan pengendalian item barang (komponen)
yang tegantung pada item-item ditingkat / level yang lebih tinggi. MRP
akan menentukan kebutuhan dan jadwal untuk pembuatan komponen-komponen
atau pembelian material/bahan baku untuk memenuhi kebutuhan yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh MPS. MRP bersifat computer oriented.
MRP |
RCC ( Rought Cut Capacity ) :
Analisis kemampuan dari kapasitas pabrik pada titik-titik kritis dari
proses produksi / bottle neck berdasarkan MPS yang telah dibuat.
FAS ( Final Assembly Schedule ) : dibuat sebagai pernyataan tentang produk-produk akhir yang akan dirakit dari item-item MPS.
BOM ( Bill of Material ) :
Rekening material mengenai data struktur produk, berisi detail
komponen-komponen sub assembling ( code, jenis, jumlah dan
spesifikasinya ).
On Hand Inventory : Tingkat persediaan yang sudah dimiliki.
Schedule Receipt : Jadwal Penerimaan material/bahan baku
CRP ( Capacity Requirement Planning)
: yaitu proses penentuan berapa jumlah mesin dan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memenuhi target produksi pada tingkat yang lebih
detail, berdasarkan perencanaan di MPS
Line Balancing ( LB ) :
Keseimbangan kapasitas produksi antar stasiun kerja. Bila stasiun kerja
memiliki capasitas produksi lebih besar, maka akan memiliki waktu
proses yang lebih pendek. Jika tidak tercontrol akan menyebabkan waktu
menganggur/utilisasi mesin tidak maksimal dan terjadinya WIP yang cukup
tinggi.
Line Balancing |
Line Produksi : Stasiun Kerja untuk memproduksi jenis-jenis item produk tertentu.
Bottle Neck : Stasiun kerja atau mesin bagian dari lintasan produksi yang memiliki capasitas produksi terkecil , sehingga menyebabkan waktu proses yang paling panjang dibanding stasiun kerja lainnya. Istilah lain yaitu titik kritis.
Bottle Neck : Stasiun kerja atau mesin bagian dari lintasan produksi yang memiliki capasitas produksi terkecil , sehingga menyebabkan waktu proses yang paling panjang dibanding stasiun kerja lainnya. Istilah lain yaitu titik kritis.
Work Station ( Stasiun Kerja ) : Grup-grup kerja bagian dari keseluruhan operasi produksi yang memiliki fungsi yang relatif sama, didalamnya memiliki aktivitas produksi yang melibatkan material, mesin, alat-alat bantu, lingkungan fisik kerja, dan operator.
Due Date : Batas waktu maksimal yang dapat diterima untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Lateness : Penyimpangan antara waktu penyelesaian dengan batas waktu
Tardiness : Ukuran untuk kelambatan positif, yaitu jika pekerjaan diselesaikan lebih cepat dari batas waktu yang ditetapkan
Completion Time : Rentang waktu antara saat pekerjaan dimulai sampai dengan pekerjaan selesai.
Idle Time : Waktu tunggu proses/operasi berikutnya
Change Over : Penggantian Item produk yang sedang diproduksi dengan item lainnya, bisa diikuti set up mesin ataupun tidak.
Over Capacity : Kondisi dimana order yang harus diselesaikan jumlahnya lebih besar dibanding capasitas yang tersedia.
HPP ( Hasil Produksi Perorang )
: Biasanya juga disebut dengan HPO ( Hasil Produksi Orang ), yaitu
hasil pembagian antara total produksi dibagi Jumlah orang dalam periode
tertentu (mingguan hingga bulanan). Jumlah orang didapat dari pembagian
antara total Jam kerja semua personel ( include over time ) dibagi hari
kerja normal per orang dalam periode tertentu ( misal : 40 Jam/week ).
Working Hours : Yaitu Jumlah jam kerja dalam rentang periode produksi tertentu.
Delay : kondisi Keterlambatan penyelesaian order dari batas waktu yang ditetapkan
Push Out : Order dalam jumlah tertentu yang schedule produksinya didorong mundur ke periode setelahnya
Pull forward : Order dalam jumlah tertentu yang schedule produksinya ditarik maju ke periode lebih awal
Carry Over : Order dalam jumlah tertentu yang schedule produksinya terdorong mundur karena Delay.
On Hand order : Order yang harus dikerjakan dalam periode tertentu
Remake : Pembuatan ulang order
sesuai jumlah yang diminta, umumnya terjadi karena kurangnya
material/komponen akibat problem produksi.
Rework : Pengerjaan ulang,
biasanya untuk perbaikan minor masalah quality. Proses ini tidak
memerlukan tambahan material, hanya tambahan alokasi working Hours untuk
pengerjaannya.
Fill rate : Ratio antara On Hand Order dengan Capasitas yang tersedia dalam periode waktu tertentu (perbulan)
Start Date : Tanggal dimulainya proses produksi untuk order item tertentu
Finish Date : Tanggal selesainya proses produksi untuk order item tertentu
Loading : Pembebanan yang
melibatkan penyesuaian kebutuhan capasitas untuk order-order yang
diterima/diperkirakan dengan capasitas yang tersedia
Sequencing : Penugasan tentang order-order mana yang diprioritaskan untuk diproses terlebih dahulu (pengurutan ) .
Dispatching : Prioritas kerja tentang job-job mana yang diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses
Up-dating : Merevisi prioritas-prioritas sebagai respon terhadap kondisi oeprasi yang terjadi
Production Board
: Papan Informasi yang secara visual menampilkan hasil produksi aktual
perhari/ update dan akumulasinya, disertai dengan target produksi
berdasarkan MPS untuk setiap stasiun kerja. Informasi ini untuk
monitoring selisih antara aktual record dengan planning. Updating record
bisa didistribusikan lewat e-mail atau terintegrasi dalam sistem IT,
tapi menurut saya tampilan secara visual di board memberikan efek
psikologis yang lebih baik.
Loss Production : Selisih antara
pemakaian material aktual dengan yang direncanakan. Biasanya di
tampilkan dalam bentuk rasio ( % ), dengan formulasi : ((Pemakaian
Aktual – Pemakaian Planning) : Pemakaian Planning ) x 100%
Peramalan : proses untuk
memperkirakan berapa kebutuhan dimasa datang yang meliputi kebutuhan
dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam
memenuhi permintaan barang ataupun jasa.
Peramalan Jangka Panjang : Peramalan dengan periode 2 – 10 Tahun
Peramalan Jangka Menengah : Peramalan dengan periode 1 – 24 bulan
Peramalan Jangka Pendek : Peramalan dengan periode 1 – 5 minggu
Siklus Hidup Produk : Siklus
hidup produk mengikuti pola yang disebut kurva S. Kurva S menggambarkan
besarnya permintaan terhadap waktu, dimana siklus hidup suatu produk
akan dibagi menjadi fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan,
dan akhirnya fase penurunan.
Daur Hidup Produk |
MAD ( Mean Absolute Deviation ) : rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu.
MSE ( Mean Square Error) : rata-rata kuadrat kesalahan
MFE ( Mean Forecast Error ) : Rata-rata kesalahan Peramalan
MAPE ( Mean Absolute Percentage Error ) : Rata-rata persentase kesalahan Absolut
Analisis Deret Waktu ( Time Series ):
Analisa deret waktu yang didasarkan pada asumsi bahwa deret waktu
tersebut terdiri dari komponen-komponen Trend (T), Siklus/Cycle ( C ),
Pola Musiman/Season(S), dan Variasi acak/Random (R).
Moving Average : Metode analisis
permintaan yang diperoleh dengan merata-rata permintaan berdasarkan
beberapa data masa lalu yang terbaru. Tujuan utama dari teknik ini untuk
mengurangi atau menghilangkan variasi acak permintaan dalam hubungannya
dengan waktu.
Moving Average |
Exponential Smoothing : Metode
analisis permintaan pengembangan dari Moving Average, kelemahan metode
Moving Average yaitu memerlukan data masa lalu cukup banyak. Jika
permintaan aktual data lama tidak tersedia, maka dalam Exponential
Smoothing dapat digantikan dengan nilai pendekatan berupa nilai ramalan
sebelumnya.
Individual Produk : Masing-masing jenis produk
Hiring Cost : Biaya penambahan tenaga kerja. Termasuk didalamnya biaya iklan untuk recruitment, biaya untuk seleksi dan Trainning.
Firing Cost : Biaya pemberhentian tenaga kerja.
Overtime Cost : Biaya yang dikeluarkan jika memperkerjakan karyawan setelah jam kerja normal
Undertime Cost : Biaya yang
ditimbulkan sebagai akibat dari tidak optimalnya utilisasi, sehingga
capasitas produksi tampak lebih besar dari aktual.
Inventory Cost : Biaya yang
timbul untuk mengantisipasi jumlah persediaan. Terdiri dari ongkos
tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, ongkos sewa gudang,
biaya overhead gudang.
Back Order Cost : Biaya yang
timbul karena habisnya persediaan saat dibutuhkan, sehingga harus segera
dilakukan pemesanan kembali ( jika customer besedia menunggu ), dan
lebih buruk jika customer malakukan cancel order.
Purchasing Cost : Biaya
pembelian, Biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya
pembelian tergantung pada jumlah barang dan harga persatuan barang.
Procurement Cost : Biaya pengadaan, dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pengadaan dari luar (ordering cost) dan dari internal ( set up cost )
Ordering Cost : Biaya Pemesanan,
yaitu semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari
luar, meliputi biaya untuk menentukan suplier, biaya
ekspedisi/transportasi, biaya penerimaan, dll.
Holding Cost : Biaya
penyimpanan, yaitu biaya yang timbul akibat menyimpan barang. Meliputi
Biaya tertahannya modal, Biaya Gudang, Biaya kerusakan dan penyusutan,
biaya kadaluarsa,biaya asuransi, biaya administrasi dan pemindahan.
EOQ (Economic Order Quantity) : Pemesanan persediaan/bahan baku secara ekonomis, dengan miminimalkan ordering cost dan holding cost
Economic Order Quantity |
ELS ( Economic Lot Size ) : atau
disebut juga EPQ (Economic production Quantity ), yaitu model
pengendalian persediaan bahan baku berupa komponen tertentu yang
diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai sub komponen. Laju
pemakaian komponen diasumsikan lebih rendah dari laju produksi komponen.
Reorder Point : Titik pemesanan kembali
Reorder Point |
Safety Stock : Jumlah cadangan pengaman, istilah lainnya yaitu buffer stock
FIFO ( First In First Out ) : Metode distribusi material dimana material yang lebih awal masuk maka akan lebih awal keluar.
LIFO ( Last In First Out ) : Metode distribusi material dimana material yang paling akhir masuk maka akan lebih awal keluar.
First Come First Serve (FCFS), prioritas diberikan kepada pesanan
yang tiba lebih dulu di sumber.
Shortest Processing Time (SPT), prioritas diberikan kepada pesanan dengan
saat kirim yang lebih cepat.
Shortest
Total Processing Time Remaining (STPT), prioritas diberikan kepada pesanan
dengan sisa waktu proses yang lebih kecil.
SHOP FLOOR CONTROL ( SFC ), Pengendalian lantai pabrik (production
activity control/shop floor control) merupakan bagian yang menjadi closed
loop dari MRP yang memberikan umpan balik informasi progress
implementasi dari rencana yang telah dibuat
Stuffing : Proses Loading Finish Good Product ke Container untuk proses pengiriman ke Customer
Just in Time ( JIT ) : adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu.
Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksi hanya
sebanyak jumlah yang dibutuhkan/diminta konsumen dan pada saat
dibutuhkan sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan maupun menekan
kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang
Kanban : Berarti sinyal, yang merupakan sebuah konsep berhubungan dengan Lean manufaktur dan Just In Time (JIT). Menurut pencetusnya, Taiichi Ohno,
kanban merupakan salah satu cara untuk mencapat JIT.Kanban bukanlah
sistim pengontrol persediaan, namun merupakan sistim pengaturan yang
membantu menentukan apa, kapan dan berapa banyak sebuah produk harus
dibuat.
Kartu Kanban : Merupakan komponen kunci dari implementasi kanban yang digunakan sebagai sinyal kebutuhan akan material di
dalam sebuah fasilitas produksi, atau memindahkan material dari
penyuplai ke fasilitas produksi.Dalam implementasinya tidak selalu
berbentuk kartu, melaiknan bisa berbentuk wadah, lampu atau bahkan sinyal computer.
Kartu Kanban |
The Toyota Way : 14 Prinsip yang berisi filosofi manajemen yang digunakan oleh korporasi Toyota, yang meliputi Toyota Production System.
Ide-ide utamanya adalah agar mendasarkan keputusan manajemen pada
"pemahaman filosofis atas tujuan (perusahaan)", berpikir jangka panjang,
memiliki proses untuk memecahkan masalah, penambahan nilai bagi
organisasi dengan cara mengembangkan orang-orangnya, dan menyadari bahwa
memecahan masalah secara terus-menurus mendorong proses belajar
organisasi.
Ok..sobat, khusus Work In Proses / Work In Progress (WIP) akan kita bahas lebih detil lagi sebab sangat terkait dengan laporan penjualan maupun laporan produksi yang endingnya ada di bagian Financial-Accounting. WIP ini sangat penting sekali untuk menjawab seefektif apa man power bekerja dan untuk menjawab pertanyaan dari kita "Mengapa terjadi gap yang besar antara perencanaan produk dengan realisasi ". Saya ingin menyajikan WIP ini dalam nilai rupiah sehingga bisa disandingkan dengan laporan realisasi penjualan pada saat yang sama.....(Mas Abu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar