Menghitung Budget Direct Labour dan Membuat Man Power Loading
Budget
atau anggaran dalam suatu proyek adalah menjadi satu factor penting diantara
factor lainya, dari proyek yang skala kecil, sedang apalagi proyek yang besar
atau kelas mega proyek. Melalui tulisan ini saya ingin sedikit mengulas cara
membuat budget / anggaran proyek secara detail. Berhubung keterbatasan
pengalaman dan literature yang saya baca, saya hanya akan menuliskan cara
membuat anggaran proyek konstruksi (construction).
Tulisan
ini tidak membahas perhitungan budget proyek yang memiliki scope design
engineering maupun equipment / material procurement. Sebagaimana diketahui
untuk proyek industrial plant sekala besar, scope proyek biasanya dibagi
menjadi : engineering, procurement and construction (EPC).
Pada
dasarnya cara menyusun anggaran untuk semua jenis proyek konstruksi adalah
sama. Oleh karena itu silakan dalam tulisan ini anda bisa mengambil logika berpikirnya saja dan lakukan penyesuaian
terhadap cara penyusunan budget yang saya sampaikan agar bisa diaplikasikan
dalam proyek yang anda tangani.
Ada
beberapa data yang harus dipersiapkan sebelum mulai menghitung budget secara
detail., yaitu :
1.
Scope pekerjaan
2. Volume pekerjaan
3. Project milestone
4. Historical data dari proyek-proyek sebelumnya
2. Volume pekerjaan
3. Project milestone
4. Historical data dari proyek-proyek sebelumnya
Tiga
hal pertama bisa didapatkan dari dokumen kontrak, sementara historical data
merupakan data-data performance yang dihitung berdasarkan kinerja dari proyek
yang telah lalu. Kita asumsikan budget yang akan disusun memiliki cost breakdown structure atau
pos-pos anggaran sbb :
A.
Direct dan Indirect Labor
B. Contractor Staff
C. Costruction Equipment
D. Tools
E. Consumables
F. Sub Contracting Cost
G. Mobilization – Demobilization
H. Temporary Facilities
I. Site Operation Cost
B. Contractor Staff
C. Costruction Equipment
D. Tools
E. Consumables
F. Sub Contracting Cost
G. Mobilization – Demobilization
H. Temporary Facilities
I. Site Operation Cost
Karena
case yang saya ambil adalah proyek mechanical erection Pembangkit Listrik
Tenaga Uap, maka istilah-istilah yang saya pakai dalam tulisan ini adalah
istilah-istilah dalam proyek Boiler atau PLTU.
A.
Direct dan Indirect Labor
Direct
labor adalah seluruh karyawan / tukang yang melaksanakan pekerjaan yang
langsung menghasilkan progress.
Berdasarkan
bidang pekerjaannya direct labor dibagi menjadi : rigger, fitter, millwright
dan welder. Sedangkan berdasar tingkat keahliannya direct labor digolongkan
menjadi : foreman, skill, semi skill dan helper.
Menyusun
budget direct labor berarti kita harus menghitung :
– Total manhour untuk masing-masing WBS
– Komposisi (breakdown berdasarkan skill) manhour
– Budget direct labor
– Direct labor loading
– Total manhour untuk masing-masing WBS
– Komposisi (breakdown berdasarkan skill) manhour
– Budget direct labor
– Direct labor loading
Dalam
dunia konstruksi dikenal istilah labor productivity. Productivity ini adalah
produktivitas tenaga kerja yang diukur berdasarkan jumlah manhour yang
diperlukan untuk menyelesaikan setiap satuan volume pekerjaan.
Produktivitas
pekerjaan erection steel structure, boiler pressure parts, ducting dan
mechanical equipments diukur dengan manhour/ton. Pekerjaan painting, insulation
dan refractory dihitung produktivitasnya dengan manhour/m2. Sementara mengukur
produktivitas pekerjaan welding atau pengelasan pipa dilakukan dengan
menghitung manhour untuk setiap inch-dia (manhour/inch-dia).
Setiap
perusahaan kontraktor yang sudah berpengalaman mengerjakan beberapa proyek
tentu memiliki historical data produktivitas dari proyek-proyek yang telah
dikerjakan sebelumnya. Berdasarkan data produktivitas dan volume pekerjaan yang
ada di dalam kontrak, kita bisa menghitung kebutuhan manhour untuk
masing-masing jenis pekerjaan.
Budget
Manhour = produktivitas x volume pekerjaan
Setelah
menghitung total manhour untuk masing-masing WBS, langkah berikutnya adalah
menentukan komposisi manhour dari setiap WBS. Menentukan komposisi manhour
berarti kita harus membuat breakdown berdasarkan skill untuk setiap total
manhour WBS.
Berdasarkan
skill-nya direct labor pada proyek konstruksi boiler dibagi menjadi :
– Foreman rigger
– Foreman fitter atau foreman millwright
– Foreman welder
– Skill rigger
– Skill fitter atau skill millwright
– Semi skill rigger
– Semi skill fitter atau semi skill millwright
– GTAW welder
– SMAW welder
– Plate welder
– Helper
– Foreman rigger
– Foreman fitter atau foreman millwright
– Foreman welder
– Skill rigger
– Skill fitter atau skill millwright
– Semi skill rigger
– Semi skill fitter atau semi skill millwright
– GTAW welder
– SMAW welder
– Plate welder
– Helper
Agar
bisa menentukan komposisi manhour masing-masing WBS, kita harus bisa menentukan
prosentase masing-masing skill labor. Beda WBS prosentase masing-masing skill
labornya juga berbeda. Biasanya data prosentase skill labor masing-masing WBS
diambil dari historical data proyek sebelumnya.
Setelah
berhasil menghitung budget manhour total beserta breakdown skillnya untuk
masing-masing WBS, kita bisa menghitung budget direct labor dalam bentuk
rupiah. Agar bisa menghitung nilai rupiah berdasar budget manhour yang sudah
ada, kita memerlukan manhour rate.
Manhour
rate adalah jumlah rupiah yang harus dibayarkan untuk setiap manhour. Oleh
karena itu satuan manhour rate adalah rupiah/manhour. Kita bisa mendapatkan
manhour rate ini dari data salary rate yang dibuat oleh bagian Personalia (HRD)
proyek.
Setiap
akan memulai proyek staff HRD selalu menyusun salary rate untuk proyek
bersangkutan. Salary rate inilah yang menjadi dasar dalam menentukan gaji yang
akan diberikan kepada setiap karyawan proyek. Salary rate disusun berdasarkan
UMR dan tingkat upah di pasar tenaga kerja lokasi di mana proyek berada.
Berikut
adalah contoh alokasi anggaran direct labor yang dihitung berdasarkan budget
manhour dan manhour rate untuk pekerjaan steel structure, boiler pressure parts
dan auxiliary equipments
Langkah
selanjutnya dalam menyusun budget direct labor adalah membuat manpower loading
atau manpower schedule. Untuk membuat manpower loading, kita memerlukan 2 data,
yaitu :
–
Manhour budget per WBS
– Progress planning per WBS
– Progress planning per WBS
Terlebih
dahulu manhour budget per WBS harus dikonversi ke manmonth budget. Untuk
mendapatkan manmonth budget, kita bisa membagi budget manhour dengan 242. Angka
242 ini adalah total jam kerja dalam satu bulan untuk setiap 1 orang karyawan,
dengan asumsi :
–
Senin – Kamis = 9 jam kerja
– Jumat – Sabtu = 8 jam kerja
– Libur Minggu dalam sebulan hanya 2 kali. jam kerja hari Minggu = 8 jam
– Jumat – Sabtu = 8 jam kerja
– Libur Minggu dalam sebulan hanya 2 kali. jam kerja hari Minggu = 8 jam
Selanjutnya
kita bisa mendistrubusikan budget manmonth di atas menjadi manpower schedule
bulanan. Pendistribusian tersebut dilakukan berdasarkan distribusi progress
planning bulanan, dengan cara sebagai berikut :
–
Distribusikan budget manmonth menjadi manpower schedule bulanan berdasarkan
progress planning masing-masing WBS.
–
Lakukan adjustment terhadap manpower schedule yang didapat pada langkah
pertama. Adjustment dilakukan dengan cara mengurangi manpower loading pada
bulan-bulan saat pek-time.
Manpower
yang dikurangkan dari beberapa bulan saat peak-time tadi didistribusikan ke
periode bulan-bulan awal (saat-saat preparation works) dan periode bulan-bulan
akhir (saat-saat finishing works).
–
Adjustment ini perlu dilakukan karena tahap awal dan tahap akhir selalu
memerlukan lebih banyak manhour/ton dibanding rata-rata manhour/ton
masing-masing WBS. Dengan kata lain tahap awal dan akhir setiap WBS selalu
memiliki produktifitas yang rendah. Sedangkan saat-saat peak-time selalu
ditandai dengan produktifitas yang tinggi.
Di
bawah ini saya sertakan tabel-tabel untuk membuat manpower planing untuk
pekerjaan Steel Structure dengan total tonage = 7,000 ton, produktivitas = 48
manhour/ton, sehingga didapatkan budget manhour = 336,000 manhours.
TABEL
LANJUTAN MANHOUR PLANING & MAN-MONTH PLANING
Manpower
schedule atau manpower loading, selain berfungsi untuk labor control saat
proyek sudah berjalan, juga berguna untuk membuat beberapa planning berikutnya,
seperti :
–
Menghitung budget peralatan safety : helmet, sepatu, safety belt, seragam
lapangan, dsb.
– Menghitung budget alat transportasi karyawan.
– Menentukan jumlah mesin las yang diperlukan, berdasarkan jumlah welder.
– Menghitung kebutuhan mess karyawan, dsb.
– Menghitung budget alat transportasi karyawan.
– Menentukan jumlah mesin las yang diperlukan, berdasarkan jumlah welder.
– Menghitung kebutuhan mess karyawan, dsb.
(dari blognya mas Prie..)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar