Menghitung progress pekerjaan yang telah dilakukan secara
umum yaitu memperkirakan nila,i baik prosentase maupun rupiah dari pekerjaan
yang telah dilaksanakan dibanding dengan total penyelesaian secara
keseluruhan.
Dari pengertian tersebut maka kita bisa mendapatkan gambaran
tentang bagaimana cara menghitungnya. Untuk lebih jelas kita akan membuat
tutorialnya yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan perhitungan
menyesuaikan dengan kondisi proyek yang akan dihitung
Rumus % WIP = (Volume yang sudah dikerjakan : Total pekerjaan )
100%
Rumus (Rp) WIP = % WIP X Nilai Total Pekerjaan
Cara Menghitung Progress Pekerjaan (WIP)
- Buat rincian item pekerjaan yang ada dalam proyek, misal : Pemasangan pondasi batukali, pekerjaan sloff, pekerjaan kolom struktur, pemasangan dinding batubata dst.
- Masing-masing item pekerjaan tersebut dihitung berapa volume dan harga totalnya.
- Dalam pelaksanaan pembangunan akan ada pekerjaan yang sudah dilakukan dan ada yang belum dikerjakan, maka kita bisa menghitung berapa pekerjaan yang sudah diselesaikan pada sektor tertentu.
- Dari data volume pekerjaan yang sudah dihitung tersebut maka dapat dicari prosentase progressnya.
- Dari prosentase WIP tersebut dapat dihitung berapa rupiah nilai progress yang sudah terselesaikan. Nilai rupiah ini yang sudah berpotensi sebagai pendapatan, sehingga dapat disandingkan dengan laporan hasil penjualan pada periode tertentu. Hal ini juga bisa menjawab pertanyaan mengapa dalam laporan penjualan seringkali terlihat Iddle pekerjaan/tenaga kerja yangseolah tidak ada aktivitas/ menganggur, yang menjadi sebab adanya gap antara realisasi penjualan dengan rencana penjualan. Contoh Perhitungan : Pada sebuah item pekerjaan pemasangan batukali sepanjang 99 m berbentuk trapezium dengan Tinggi = 1 m, panjang sisi bawah = 0,8 m, panjang sisi atas = 0,4 m, Sampai saat ini sudah dikerjakan sepanjang 17 m, harga satuan pemasangan batukali = Rp.500.000/m3. Berapa persen dan berapa rupiah harga pekerjaan yang sudah terselesaikan (WIP) ?
Perhitungan :
- Volume Total pasang batu kali = (((0,8m + 0,4m)/2) X 1m) X 99m = 59,4 m3.
- Volume pasang batu kali yang sudah dikerjakan (WIP) = (((0,8m + 0,4m)/2) X 1m) X 17m = 10,2 m3
- % Pekerjaan selesai = (10,2 m3 : 59,4 m3) X 100% = 17,17%
- Harga Total pekerjaan = Rp.500.000 X 59,4 m3 = 29.700.000
- Harga pekerjaan selesai (WIP) = Rp.29.700.000 X 17,17 % atau Rp.500.000 X 10,2 m3 = Rp. 5.100.000.
Perhitungan tersebut adalah perhitungan Work In Progress (WIP) untuk 1 item
pekerjaan, jadi untuk satu proyek secara keseluruhan harus dihitung satu per
satu setiap item sehingga dapat diketahui total nilai progress (WIP) secara
keseluruhan untuk 1 job / proyek.
Contoh kasus (WIP) :
PT.MAS ABU, pada tanggal 28 Desember 2014 memperoleh kontrak untuk mengerjakan
pembangunan gedung bertingka tdari PT.ANUGRAH JAYA. Kondisi kontrak disepakati sbb:
- Nilai kontrak Rp.10.000.000.000 (RAB Rp.750.000.000)
- Lama waktu pengerjaan adalah 3 tahun
- Bangunan paling lambat diserahkan tanggal 28 desember 2018
Rencana tahapan pengerjaan adalah sbb:
- Akhir semester I tahun 2015 selesai 10%, akhir semester II 30%
- Akhir semester I tahun 2016 selesai 50%, akhir semester II 70%
- Akhir semester I tahun 2017 selesa 90%
- 28 Desember 2017 tuntas 100%
Pembayaran dilakukan secara
bertahab mengikuti perkembangan penyelesaian pekerjaan. Untuk menentukan
perkembangan penyelesaian pekerjaan, PT.ANUGRAH JAYA dan PT. MAS ABU akan
sama-sama melakukan inspeksi lapangan. Kontrak telah disyahkan dalam perjanjian
yang dibuat dihadapan notaris.
Dari kontrak tersebut PT.Mas Abu membuat hitungan estimasi
dengan hasil sbb :
Menghitung estimasi biaya pendapatan kontrak konstruksi
tanggal 28 Desember 2014
-
Pembelian bahan bangunan
(besi,semen,pasir,kapur,koral dll)
sebesar Rp.25.000.000
Jurnal (D) Pekerjaan dalam proses (WIP) Rp.25.000.000
(K) Hutang Toko”Rejeki” Rp.25.000.000
- Tanggal 25 Januari 2015 PT.Mas Abu
membayar upah mandor dan buruh sebesar Rp. 50.000.000
Jurnal (D)
Pekerjaan dalam proses (WIP) Rp.50.000.000
(K) Kas Rp.50.000.000
Oke sobat, sesuai kontrak pada akhir semester I tahun 2015 PT.Mas
Abu akan merampungkan minimal progress 10 % dari seluruh volume pekerjaan.
Katakanlah pada 25 Juni 2015 PT.MAS ABU mengajukan permintaan pembayaran pertama
kepada PT.Anugrah Jaya. (Dalam kontrak disebutkan bahwa pembayaran dilakukan
sesuai tahapan penyelesaian pekerjaan.
Atas permintaan PT.anugrah Jaya ditemani oleh Manajer proyek
dari PT.Mas abu melakukan inspeksi lapangan. Ternyata dari
hasilpemeriksaan,pekerjaan yang telah selesai baru 9%. Untuk itu disepakati
bahwa PT.anugrah Jaya akan melakukan pembayaran sebesar 9% X 10.000.000.000 = 900.000.000.
Nah dititik ini P.Mas Abu sudah bisa mengakui pendapatan
dari progress kerja yang telah diselesaikan Kemudian pada keesokan harinya
PT.Mas Abu mengirimkan Invoice tagihan sebesar Rp.900.000.000.
Sementara itu per tanggal itu juga ternyata di akun ‘pekerjaan
dalam proses’ terdapat akumulasi angka Rp.800.000. Bagaimana mencatat tagihan
Invoice tersebut ?
Perhatikan !
Pada saat ini tingkat penyelesaian pekerjaan seharusnya
sudah mencapai 10%, tetapi pada kenyataannya PT.MAS ABU baru bisa menyelesaikan
9% sehingga ada potensi kerugian pendapatan Rp.100.000.000. Sementara itu
pengeluaran mencapai Rp.800.000.000, lebih besar dari estimasi yaitu
Rp.750.000.000. KARENA ADA PENYIMPANGAN DI PENDAPATAN DAN BIAYA tersebut maka
labapun menjadi menyimpang (Rp.100.000.000 + Rp.50.000.000 = Rp.150.000.000).
Dari perspektif Akuntansi, untuk pendapatan hanya akan
mengakui Invoice tagihan sebesar Rp.900.000.000.
Biaya yang Rp.800.000.000 ? Benarkah biaya sebesar itu ?
Langkah yang harus dilakukan adalah memeriksa kembali catatan-catatan
pengeluaran dari awal hingga akhir, apakah sudah akurat ? Jika belum akurat
(salah catat, dobel catat, dll) segera lakukan penyesuaaian-penyesuaian. Jika
sudah akurat dan tidak mungkin ada penyesuaian, maka kemungkinannya :
- Berapa matrial yang sudah dibeli tetapi belum digunakan sepenuhnya, adakah yang sama sekali belum dipakai (semen,pasir,besi dll), adakah matrial yang setengah proses, adakah upah buruh yang dibayar dimuka. Jika ada maka harus dihitung semua dan menjadi pengurang biaya yang Rp.800.000.000 tersebut.Mungkin tidak bisa dihitung secara pasti,tetapi cukup lakukan estimasi dan mintakan approval dari atasan (pimpinan) untuk penghitungan estimasi ini. Anggaplah estimasi nya Rp.100.000.000. maka biaya yang benar-benar diakui akuntansi hanya Rp.800.000.000 – Rp.100.000.000 = Rp.700.000.000, Sehingga Jurnal biayanya :
(D)
By.Kontrak kontruksi Rp.
700.000.000
(K) Pekerjaan dalam proses Rp.
700.000.000
Jadi..Pengakuan pendapatan dan
biaya telah dilakukan, Laba Rp.200.000.000. masih menyimpang Rp.50.000.000 dari
estimasi. Dimana penyimpangan terjadi ?.kita lihat di kemungkinan ke-2.
- Pemborosan (in efisiensi) dan kehilangan.Bagaimana kemungkinan itu bisa terjadi ? bagaimana melacaknya ?.Selisih tersebut tidak boleh langsung dijurnal sebagai kerugian biaya kontruksi sebesar Rp.50.000.000. Kondisi timpang seperti ini biasanya terjadi diawal-awal pekerjaan. Memang, perkiraan tingkat penyelesaian pekerjaan tidak mungkin sama persis 100%, estimasi matrial yang belum terpakai juga belum tentu akurat 100%. Bagaimanapun itu baru 1 fase pekerjaan dari total volume pekerjaan proyek tersebut. Nah perlunya analisis adalah untuk menutup kerugian yang telah dialami di fase awal tersebut.Karena kemungkinan potensi-potensi kerugian juga akan terjadi pada fase-fase berikutnya, maka jika kerugian difase awal tidak ditutupi pada pekerjaan fase berikutnya, kemungkinan yang terjadi diakhir pekerjaan nanti PT.MAS ABU akan mengalami KERUGIAN. Kerugian itu tidak selalu karena pemborosan atau kehilangan, bisa saja karena RAB nya yang keliru. Oleh karena itu selain harus melakukan pengawasan lebih ketat, RABnya juga perlu ditinjau ulang tingkat akurasinya. Mungkin harga matrial naik, upah buruh naik. Jika memang RAB sudah tidak akurat karena sebab tersebut, maka perlu membuat revisi RAB. Jika negoisasi ulang bisa dilakukan dengan pemilik proyek tentu ini akan lebih baik.
Dalam kenyataannya tidak semua
proyek mengalami ‘kerugian’, kebetulan contoh diatas mengambil angka dibawah
estimasi, sehingga proyek merugi di fase awal.bisa jadi pada akhir proyek
PT.MAS ABU akan untung. Tetapi perhitungan di fase awal dapat dijadikan sebagai
‘lampu kuning’ untuk kehati-hatian di fase selanjutnya
.
Proyek
Kontruksi memang tidak mudah, tantangannya ada pada akurasi estimasi yang
dibuat. Ke-akurasi-an ini yang menentukan sukses atau tidaknya sebuah proyek
kontruksi. Diperlukan system administrasi dan pengendalian yang ketat, jauh
lebih ketat disbanding jenis aktivitas
proyek lainya. Kesulitan itu akan menjadi semakin tinggi jika perusahaan
menangani multi kontrak-multi proyek. Mengapa ? karena setiap biaya yang timbul
harus bisa dihubungkan dengan proyeknya. Pendapatan yang diterimapun harus bisa
dihubungkan dengan proyeknya dengan benar, bukan asal diakhir kegiatan tidak
rugi saja.Sehingga matching principle tetap bisa terjaga. Untuk itu perlu
perencanaan dan pengorganisasian khusus
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar