Rabu, 28 September 2016

Menyandingkan Pekerjaan In Progress (WIP) dengan Laporan Monitor Penjualan


       Bagian Pekerjaan proyek yang sudah terselesaikan (In Progress) dan product barang setengah jadi (In Process), semestinya sudah dapat 'diakui' dalam laporan monitor penjualan, hal ini karena keduanya adalah potensi menjadi pendapatan. Bahkan boleh jadi dalam kategori "In Progress/In Process" tersebut sebenarnya ada pekerjaan/proyek atau product barang yang sudah final 100% tetapi belum bisa ditagih karena kendala administrasi. Jika WIP tidak dilaporkan maka dianggap proyek atau produk tersebut belum dikerjakan, sedangkan kewajiban perusahaan untuk membayar gaji karyawan dan buruhnya tetap berjalan sebagai Fixed cost. Disini akan nampak iddle-iddle/tenaga kerja menganggur yang sebenarnya tertap bekerja tetapi tidak dilaporkan kedalam laporan monitor penjualan.
    Dalam artikel sebelumnya telah diulas bagaimana cara menghitung Work In Progress maupun Work In Process. Tinggal membuat perhitungan per Job/proyek kemudian menuangkan ......

Selasa, 27 September 2016

Aliran Biaya Manufaktur


        Hal paling mendasar yang membedakan Industri Manufaktur dari Industri-industri yang lain adalah bahwa, Industri manufaktur melakukaan proses produksi yang melakukan konversi dari bahan baku menjadi bahan jadi yang siap digunakan oleh konsumen atau industri lain. Dalam proses konversi ini tentu saja menggunakan mesin-mesin pabrik dan juga karyawan yang mengoperasikannya. Selain itu juga proses produksi ini juga membutuhkan listrik, air dan sumber daya lainnya. Dari situ terlihat bahwa komponen biaya yang dikeluarkan oleh Industri manufaktur jauh lebih beragam, baik biaya tetapnya (Fixed Cost) maupun Variabel costnya.

Aliran biaya dalam manufaktur adalah
- Bahan baku
- Tenaga kerja langsung
- Overhead
--->
Barang setengah jadi
(WIP)
--->
Barang Jadi
(FG)
--->
HPP
(COGS)

       Untuk membedakan komponen-komponen biaya, pertama-tama kita akan menghitung bahan baku (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor) dan overhead yang digunakan pada satu periode akuntansi. Hasil penjumlahan ini akan menghasilkan Total Manufacturing Costs. Hasilnya akan dipindah ke barang setengah jadi atau WIP (Work In Process)
.
Total Manufacturing Costs = Bahan baku + Tenaga kerja langsung + Overhead .

Pada WIP ada saldo awal dan saldo akhir. Total nilai WIP Tersedia awal periode adalah Saldo Awal + Total Manufacturing Costs.
Kemudian WIP yang  sudah digunakan atau WIP yang sudah berubah menjadi barang jadi atau FG (Finished Good) merupakan selisih antara WIP Tersedia awal periode dengan WIP saldo akhir, ini dikenal dengan Cost of Goods Manufactured
 
Cost of Goods Manufactured = WIP awal periode + Total Manufacturing Costs  - WIP akhir periode.

Pada barang jadi atau FG (Finished Goods) ada saldo awal periode dan saldo akhir periode. Barang jadi yang tersedia atau FG Tersedia pada periode akuntansi tersebut merupakan penjumlahan dari FG awal periode + Cost of Goods Manufactured. Selisih antara FG Tersedia dan FG saldo akhir Periode ini merupakan biaya barang yang terjual atau disebut Cost of Goods Solds atau COGS.
 
COGS = FG awal periode + Costs of Goods Manufactured - FG akhir periode.

Jika dilanjutkan dengan penjualan maka selisih antara Sales Revenue dengan Cost of Goods Sold adalah Gross Margin.
Gross Margin = Sales Revenue - Cost of Goods Sold.

*Catatan :
Work In Process   ( Product dalam proses )
Work In Progress  ( Bagian pekerjaan yang sudah selesai)

Cara Menghitung Pekerjaan 'In Progress' (WIP) -bag.2


         Menghitung progress pekerjaan yang telah dilakukan secara umum yaitu memperkirakan nila,i baik prosentase maupun rupiah dari pekerjaan yang telah dilaksanakan dibanding dengan total penyelesaian secara keseluruhan. 
Dari pengertian tersebut maka kita bisa mendapatkan gambaran tentang bagaimana cara menghitungnya. Untuk lebih jelas kita akan membuat tutorialnya yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan perhitungan menyesuaikan dengan kondisi proyek yang akan dihitung

                   Rumus % WIP      =  (Volume yang sudah dikerjakan : Total pekerjaan ) 100%

                   Rumus (Rp) WIP  =  % WIP X Nilai Total Pekerjaan

Cara Menghitung Progress Pekerjaan (WIP)
  1. Buat rincian item pekerjaan yang ada dalam proyek, misal : Pemasangan pondasi batukali, pekerjaan sloff, pekerjaan kolom struktur, pemasangan dinding batubata dst.
  2. Masing-masing item pekerjaan tersebut dihitung  berapa volume dan harga totalnya.
  3. Dalam pelaksanaan pembangunan akan ada pekerjaan yang sudah dilakukan dan ada yang belum dikerjakan, maka kita bisa menghitung berapa pekerjaan yang sudah diselesaikan pada sektor tertentu.
  4. Dari data volume pekerjaan yang sudah dihitung tersebut maka dapat dicari prosentase progressnya.
  5. Dari prosentase WIP tersebut dapat dihitung berapa rupiah nilai progress yang sudah terselesaikan. Nilai rupiah ini yang sudah berpotensi sebagai pendapatan, sehingga dapat disandingkan dengan laporan hasil penjualan pada periode tertentu. Hal ini juga bisa menjawab pertanyaan mengapa dalam laporan penjualan seringkali terlihat Iddle pekerjaan/tenaga kerja yangseolah tidak ada aktivitas/ menganggur, yang menjadi sebab adanya  gap antara realisasi penjualan dengan rencana penjualan.  Contoh Perhitungan : Pada sebuah item pekerjaan pemasangan batukali sepanjang 99 m berbentuk trapezium dengan Tinggi = 1 m, panjang sisi bawah = 0,8 m, panjang sisi atas = 0,4 m, Sampai saat ini sudah dikerjakan sepanjang 17 m, harga satuan pemasangan batukali = Rp.500.000/m3. Berapa persen dan berapa rupiah harga pekerjaan yang sudah terselesaikan (WIP) ?
     Perhitungan :

  1. Volume Total pasang batu kali    = (((0,8m + 0,4m)/2) X 1m) X 99m = 59,4 m3.
  2. Volume pasang batu kali yang sudah dikerjakan (WIP) = (((0,8m + 0,4m)/2) X 1m) X 17m = 10,2 m3
  3. % Pekerjaan selesai                   = (10,2 m3 : 59,4 m3) X 100%    = 17,17%
  4. Harga Total pekerjaan                = Rp.500.000 X 59,4 m3             = 29.700.000
  5. Harga pekerjaan selesai (WIP)   = Rp.29.700.000 X 17,17 %  atau Rp.500.000 X 10,2 m3 = Rp. 5.100.000.
      Perhitungan tersebut adalah perhitungan Work In Progress (WIP) untuk 1 item pekerjaan, jadi untuk satu proyek secara keseluruhan harus dihitung satu per satu setiap item sehingga dapat diketahui total nilai progress (WIP) secara keseluruhan untuk 1 job / proyek.

Contoh kasus (WIP) :

PT.MAS ABU, pada tanggal 28 Desember 2014  memperoleh kontrak untuk mengerjakan pembangunan gedung bertingka tdari PT.ANUGRAH JAYA. Kondisi kontrak disepakati sbb:
  1. Nilai kontrak Rp.10.000.000.000 (RAB Rp.750.000.000)
  2. Lama waktu pengerjaan adalah 3 tahun
  3. Bangunan paling lambat diserahkan tanggal 28 desember 2018
Rencana tahapan pengerjaan adalah sbb:
  1. Akhir semester I tahun 2015 selesai 10%, akhir semester II 30%
  2. Akhir semester I tahun 2016 selesai 50%, akhir semester II 70%
  3. Akhir semester I tahun 2017 selesa  90%
  4. 28 Desember 2017 tuntas 100%
Pembayaran dilakukan secara bertahab mengikuti perkembangan penyelesaian pekerjaan. Untuk menentukan perkembangan penyelesaian pekerjaan, PT.ANUGRAH JAYA dan PT. MAS ABU akan sama-sama melakukan inspeksi lapangan. Kontrak telah disyahkan dalam perjanjian yang dibuat dihadapan notaris.

Dari kontrak tersebut PT.Mas Abu membuat hitungan estimasi dengan hasil sbb :
Menghitung estimasi biaya pendapatan kontrak konstruksi tanggal 28 Desember 2014
-          Pembelian bahan bangunan (besi,semen,pasir,kapur,koral dll)  sebesar Rp.25.000.000
Jurnal     (D) Pekerjaan dalam proses (WIP)                    Rp.25.000.000
              (K) Hutang Toko”Rejeki”                                  Rp.25.000.000
     -     Tanggal 25 Januari 2015 PT.Mas Abu membayar upah mandor dan buruh sebesar Rp. 50.000.000
            Jurnal     (D) Pekerjaan dalam proses (WIP)                    Rp.50.000.000
                          (K) Kas                                                             Rp.50.000.000
     
     Oke sobat, sesuai kontrak pada akhir semester I tahun 2015 PT.Mas Abu akan merampungkan minimal progress 10 % dari seluruh volume pekerjaan. Katakanlah pada 25 Juni 2015 PT.MAS ABU mengajukan permintaan pembayaran pertama kepada PT.Anugrah Jaya. (Dalam kontrak disebutkan bahwa pembayaran dilakukan sesuai tahapan penyelesaian pekerjaan.
Atas permintaan PT.anugrah Jaya ditemani oleh Manajer proyek dari PT.Mas abu melakukan inspeksi lapangan. Ternyata dari hasilpemeriksaan,pekerjaan yang telah selesai baru 9%. Untuk itu disepakati bahwa PT.anugrah Jaya akan melakukan pembayaran sebesar 9% X 10.000.000.000 = 900.000.000.
Nah dititik ini P.Mas Abu sudah bisa mengakui pendapatan dari progress kerja yang telah diselesaikan Kemudian pada keesokan harinya PT.Mas Abu mengirimkan Invoice tagihan sebesar Rp.900.000.000.
Sementara itu per tanggal itu juga ternyata di akun ‘pekerjaan dalam proses’ terdapat akumulasi angka Rp.800.000. Bagaimana mencatat tagihan Invoice tersebut ?
Perhatikan !
Pada saat ini tingkat penyelesaian pekerjaan seharusnya sudah mencapai 10%, tetapi pada kenyataannya PT.MAS ABU baru bisa menyelesaikan 9% sehingga ada potensi kerugian pendapatan Rp.100.000.000. Sementara itu pengeluaran mencapai Rp.800.000.000, lebih besar dari estimasi yaitu Rp.750.000.000. KARENA ADA PENYIMPANGAN DI PENDAPATAN DAN BIAYA tersebut maka labapun menjadi menyimpang (Rp.100.000.000 + Rp.50.000.000 = Rp.150.000.000).
Dari perspektif Akuntansi, untuk pendapatan hanya akan mengakui Invoice tagihan sebesar Rp.900.000.000.
 
Biaya yang Rp.800.000.000 ? Benarkah biaya sebesar itu ? Langkah yang harus dilakukan adalah memeriksa kembali catatan-catatan pengeluaran dari awal hingga akhir, apakah sudah akurat ? Jika belum akurat (salah catat, dobel catat, dll) segera lakukan penyesuaaian-penyesuaian. Jika sudah akurat dan tidak mungkin ada penyesuaian, maka kemungkinannya  :
  1. Berapa matrial yang sudah dibeli tetapi belum digunakan sepenuhnya, adakah yang sama sekali belum dipakai (semen,pasir,besi dll), adakah matrial yang setengah proses, adakah upah buruh yang dibayar dimuka. Jika ada maka harus dihitung semua dan menjadi pengurang biaya yang Rp.800.000.000 tersebut.Mungkin tidak bisa dihitung secara pasti,tetapi cukup lakukan estimasi dan mintakan approval dari atasan (pimpinan) untuk penghitungan estimasi ini. Anggaplah estimasi nya Rp.100.000.000. maka biaya yang benar-benar diakui akuntansi hanya Rp.800.000.000 – Rp.100.000.000 = Rp.700.000.000, Sehingga Jurnal biayanya :
            (D) By.Kontrak kontruksi                                     Rp. 700.000.000
            (K) Pekerjaan dalam proses                                 Rp. 700.000.000
Jadi..Pengakuan pendapatan dan biaya telah dilakukan, Laba Rp.200.000.000. masih menyimpang Rp.50.000.000 dari estimasi. Dimana penyimpangan terjadi ?.kita lihat di kemungkinan ke-2.
  1. Pemborosan (in efisiensi) dan kehilangan.Bagaimana kemungkinan itu bisa terjadi ? bagaimana melacaknya ?.Selisih tersebut tidak boleh langsung dijurnal sebagai kerugian biaya kontruksi sebesar Rp.50.000.000. Kondisi timpang seperti ini biasanya terjadi diawal-awal pekerjaan. Memang, perkiraan tingkat penyelesaian pekerjaan tidak mungkin sama persis 100%, estimasi matrial yang belum terpakai juga belum tentu akurat 100%. Bagaimanapun itu baru 1 fase pekerjaan dari total volume pekerjaan proyek tersebut. Nah perlunya analisis adalah untuk menutup kerugian yang telah dialami di fase awal tersebut.Karena kemungkinan potensi-potensi kerugian juga akan terjadi pada fase-fase berikutnya, maka jika kerugian difase awal tidak ditutupi pada pekerjaan fase berikutnya, kemungkinan yang terjadi diakhir pekerjaan nanti PT.MAS ABU akan mengalami KERUGIAN. Kerugian itu tidak selalu karena pemborosan atau kehilangan, bisa saja karena RAB nya yang keliru. Oleh karena itu selain harus melakukan pengawasan lebih ketat, RABnya juga perlu ditinjau ulang tingkat akurasinya. Mungkin harga matrial naik, upah buruh naik. Jika memang RAB sudah tidak akurat karena sebab tersebut, maka perlu membuat revisi RAB. Jika negoisasi ulang bisa dilakukan dengan pemilik proyek tentu ini akan lebih baik.
Dalam kenyataannya tidak semua proyek mengalami ‘kerugian’, kebetulan contoh diatas mengambil angka dibawah estimasi, sehingga proyek merugi di fase awal.bisa jadi pada akhir proyek PT.MAS ABU akan untung. Tetapi perhitungan di fase awal dapat dijadikan sebagai ‘lampu kuning’ untuk kehati-hatian di fase selanjutnya
.
        Proyek Kontruksi memang tidak mudah, tantangannya ada pada akurasi estimasi yang dibuat. Ke-akurasi-an ini yang menentukan sukses atau tidaknya sebuah proyek kontruksi. Diperlukan system administrasi dan pengendalian yang ketat, jauh lebih ketat disbanding  jenis aktivitas proyek lainya. Kesulitan itu akan menjadi semakin tinggi jika perusahaan menangani multi kontrak-multi proyek. Mengapa ? karena setiap biaya yang timbul harus bisa dihubungkan dengan proyeknya. Pendapatan yang diterimapun harus bisa dihubungkan dengan proyeknya dengan benar, bukan asal diakhir kegiatan tidak rugi saja.Sehingga matching principle tetap bisa terjaga. Untuk itu perlu perencanaan dan pengorganisasian khusus

Cara Menghitung Pekerjaan 'In Progress' (WIP) - bag.1


            Banyak cara yang dapat digunakan untuk menghitung nilai pekerjaan proyek yang sudah terselesaikan.Salah Berikut adalah salah satu method yang mudah dalam menghitung Work In Progress (WIP). Salah satu tujuan dari penghitungan Work In Progress ini adalah untuk membuat perhitungan opname/biaya oleh mandor .Sebagaimana biasa, begitu akan memulai mengerjakan suatu proyek, mandor akan membuat tata kelola dan progress kerja dalam bentuk Kurva S.
Kurva S adalah sebuah table yang berisi jadwal pelaksanaan proyek sebagai acuan beberapa pekerjaan dan control durasi pekerjaan. Untuk control dan mengetahui apakah pelaksanaan dilapangan sudah sesuai dengan rencana atau belum, maka bisa diketahui dengan menghitung progress pekerjaan terlebih dahulu.
           Cara menghitung progress pekerjaan proyek dapat mudah dilakukan bahkan oleh seorang enginer barupun sangat bisa dilakukan karena rumus perhitungan yang sangat sederhana.
Apabila anda berkedudukan sebagai control enginer pada sebuah proyek, tentu menghitung progress pekerjaan adalah tugas anda. Berbicara mengenai progress pekerjaan, progress pekerjaan adalah semua pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh sub kontraktor atau oleh mandor yang sesuai dengan gambar, rencana kerja dan syarat-syarat yang ada. Sedangkan sisa pekerjaan yang belum dikerjakan tidak termasuk kedalam progress pekerjaan.

Cara menghitung Progress pekerjaan (WIP)

% WIP = (Volume pekerjaan selesai / volume pekerjaan total) X 100%

Langkag langkah untuk menghitung Progress pekerjaan
  1. Mengidentifikasi item-item pekerjaan yang sudah berjalan dilapangan, missal pekerjaan kolom, pekerjaan balok, pemasangan pelat dll
  2. Mem-breakdown atau mengurai lagi dalam pekerjaan itu terdapat sub item pekerjaan apasaja, missal pada pekerjaan kolom ada sub pekerjaan bekisting beton dan penulangan/pembesian
  3. Menghitung volume sub pekerjaan, misal Bekisting yang sudah terpasang sebesar 100 m2, beton yang sudah dikerjakan 3 m3 dan sebagainya.
  4. Hasil volume yang sudah dikerjakan tersebut kemudian dibagi dengan volume pekerjaan total dikali 100%
  5. Volume yang sudah dihitung dikalikan harga per satuan sesuai dengan kesepakatan perjanjian
  6. Lakukan hal yang sama untuk sub-sub pekerjaan yang lainya.

Agar lebih mudah kita lihat contoh penghitungan berikut :
Pada sebuah proyek pembangunan gedung berlantai 9. Seorang Mandor bermaksud melakukan pengajuan opname pekerjaan kolom untuk lantai 1.dengan data-data sebagai berikut :
1.Volume total pekerjaan kolom adalah :
-          Bekisting 300 m2
-          Beton 200 m2
-          Tulang/besi 10.000 kg
2.Jika : upah bekisting 25.000/m2, beton 30.000/m3 dan pembesian 1.000/kg. berapa jumlah yang harus dibayar kepada mandor tersebut ?

Identifikasi Item Pekerjaan
Pekerjaan yang sudah selesai adalah bekisting kolom, beton kolom, pembesian kolom pada lantai 1.

Menghitung volume sub pekerjaan
Luas bekisting kolom yang sudah dikerjakan pada lantai 1 adalah 20 m2
Volume beton yang sudah di cor pada lantai 1 adalah 12 m3
Pembesian yang sudah dikerjakan adalah 1200 kg

Persentase Pekerjaan
Pekerjaan bekisting kolom        ( 20/300) X 100% = 7%
Pekerjaan beton kolom              (12/200) X 100% = 7%
Pekerjaan pembesian                 (1.200/10.000) X 100% =12%

Perhitungan Opname / biaya
Bekisting kolom 20 m2 X 25.000 = 500.000
Beton kolom       12 m3 X 30.000 = 600.000
Pembesian kolom 1.200 kg X 1.000 = 1.200.000

Total                      2.300.000

Retensi      5% X 2.300.000  = 115.000

Total Opname/biaya = Total – Retensi = 2.300.000 – 115.000 = 2.185.000

Retensi ?
Retensi adalah biaya jaminan pekerjaan yang sudah dikerjakan berupa potongan pada saat opname. Jika pekerjaan sudah selesai masa pemeliharaannya maka biaya retensi dapat dicairkan kembali………..

Oke sobat, selamat menjalankan proyek anda, semoga dengan ilustrasi diatas dapat membantu pekerjaan anda menjadi lancar……(Mas Abu…)